Jumat, 19 Februari 2016

Kisah Nyata Pemandi Mayat Banci

Dikutip dari Dream,Kisah nyata ini terjadi di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Rahmat namanya.salah satu pengurus Lembaga Amil Zakat (LAZ) Tabung Amanah Umat (TAmU) yang berkantor di kawasan Bekasi.

Lembaga yang dia kelola itu membuka jasa pemulasaraan jenazah muslim, gratis. Sebagai seorang pengurus LAZ yang juga menjadi petugas perawatan jenazah, Rahmat banyak memiliki pengalaman.

Satu pengalaman yang membuat dia merasa begitu prihatin adalah tatkala memandikan jenazah seorang banci.

Kisah ini terjadi sekitar lima tahun yang lalu . Waktu itu, Rahmat mendapat telepon dari seseorang yang meminta bantuan memandikan jenazah di kawasan Priok. Orang itu mengaku mendapat nomor telepon Rahmat dari siaran sebuah radio.

"Waktu itu ada tetangganya yang menelepon dan meminta bantuan," ujar Rahmat saat berbincang dengan Dream, Kamis, 18 Februari 2016.

Mendapat kabar itu, Rahmat segera meluncur ke lokasi. Dia sama sekali tidak menaruh curiga tentang siapa sebenarnya sosok jenazah yang akan dia urus.

"Awalnya saya tidak diberitahu. Jadi ke sana dengan asumsi membantu orang yang tidak mampu. Barangkali tidak bisa membayar jasa pemandian," kata dia.

Sesampai di lokasi, Rahmat tetap tidak merasa curiga. Dia hanya mendapat informasi para pengurus masjid dan mushala di sekitar lokasi, tidak ada yang mau mengurus jenazah. Mungkin saja, lantaran sudah tahu kebiasaan orang itu semasa hidup.

"Saya lalu kaget, kok yang datang kayak orang-orang salon semua," kata dia.

Tapi, Rahmat berusaha berbaik sangka jenazah adalah sosok pria normal. Dia yang kala itu dibantu oleh seorang sopir, kemudian masuk ke rumah duka dan akan menangani jenazah.

"Pas itu saya dikasih tahu kalau jenazah itu adalah banci," kata dia. Rahmat sempat mengalami kebingungan apakah akan melanjutkan prosesi pengurusan jenazah atau tidak. Dia langsung menghubungi ustaz yang menjadi rujukan dan meminta saran.

"Kata ustaz, diurus saja karena itu fardlu kifayah. Tetapi, harus dipastikan dulu apakah alat kelaminnya masih asli atau tidak. Kalau masih ada dan asli, kita mandikan. Kalau tidak, ya jangan dimandikan," ucap Rahmat.

Akhirnya Rahmat memeriksa alat kelamin jenazah itu. Setelah mendapat kepastian alat kelamin masih ada, Rahmat lantas segera memandikan jenazah tersebut.

Rahmat lantas segera memandikan jenazah tersebut. Rahmat menemukan lagi masalah baru.

"Tapi, ada masalah karena di bagian dadanya ada cairan silikon. Akhirnya cairan itu dikeluarkan. Dadanya palsu tapi alat kelaminnya masih asli," kata dia.

Rahmat menjadi semakin prihatin usai memandikan dan mengkafani jenazah. Tidak ada satupun orang yang mau menyalatkan jenazah itu, termasuk dari para pelayat yang notabene berperilaku seperti jenazah.

Rahmat pun kemudian menyalatkan jenazah tersebut bersama sopirnya. Pengurusan jenazah bahkan dilakukan sampai pada memakamkan.

Tidak ada warga sekitar yang membantu dia. Pun demikian para pelayat.

"Yang mengantarkan ke pemakaman itu ya banci juga, yang kebanyakan bercanda secara tidak pantas. Bahkan mereka sampai berebut tali pocong," tutur Rahmat.

Lebih lanjut, Rahmat mengatakan pengalaman tersebut menjadi pelajaran yang sangat berharga.

Pelajaran bukan hanya untuk Rahmat, melainkan juga bagi para muslim agar tidak terjebak dalam lingkaran praktik Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).

Sabtu, 16 Januari 2016

MAKSIAT 40 TAHUN, TERHAPUS TOBAT SEHARI

Islam.Setiap manusia tidak pernah luput dari dosa. Dalam khilafnya, pasti manusia pernah berbuat maksiat. Sebesar apapun dosa seseorang apabila orang tersebut mau bertobat dengan sungguh-sungguh maka apapun bisa terjadi.

Hal ini menunjukkan sifat Allah yang Maha Pengampun. Kisah tuntunan bertaubat kepada Allah SWT ini bermula dari zaman Nabi Musa as. Pada saat itu, terjadi kemarau yang berkepanjangan menimpa kaum Bani Israil. Hingga mereka merasa tidak kuat dan memutuskan untuk berkumpul lalu pergi menemui Nabi Musa. Mereka meminta agar Musa mendoakan kaum itu, agar Allah menurunkan hujan di daerah itu.

Mendengar keluhan tersebut, Nabi Musa beserta kaumnya pergi menuju tanah lapang dan berdoa agar Allah menurunkan hujan. Mereka berjumlah sekitar 70 ribu orang. Kemudian, Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa. Allah berfirman bahwa Dia tidak mengabulkan doa Nabi Musa bukan karena kedudukan Nabi Musa yang rendah, justru Nabi Musa memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah. Tetapi ada salah seorang di antara kaum tersebut yang secara terang-terangan berbuat maksiat selama 40 tahun. Nabi Musa dapat memanggil orang tersebut untuk keluar dari gerombolan orang yang mengikuti Nabi. Karena dialah yang menjadi penghalang turunnya hujan di daerah tersebut. Namun, Nabi tidak yakin apakah suaranya yang lemah itu akan didengar oleh 70 ribuan orang. Kemudian Allah berfirman bahwa Nabi Musa yang memanggil tapi Allah yang akan menyampaikan kepada mereka. Nabi Musa pun menyeru pada rombongan itu dan meminta orang yang telah berbuat maksiat selama 40 tahun itu keluar dari rombongan. Beliau juga mengatakan jika orang tersebut lah yang menyebabkan hujan tidak turun. Orang itu pun menengok ke kanan dan ke kiri.

Namun, tidak ada yang keluar dari rombongan dan ia pun merasa bahwa orang yang dimaksud adalah dirinya. Mendengar hal tersebut, orang itu berdoa kepada Allah bahwa ia telah mengakui kesalahannya selama 40 tahun durhaka pada Allah. Tapi, ia berada di tempat itu untuk meminta pada Allah dengan penuh ketaatan dan ia memohon tobat pada-Nya. Seketika, muncullah gumpalan awan dan turun lah hujan. Nabi Musa heran mengapa turun hujan padahal belum ada seorang pun yang mengaku. Kemudian, beliau pun bertanya pada Allah mengenai hal ini. Allah berfirman ada Nabi Musa bahwa orang yang dahulu telah berbuat dosa selama 40 tahun itu sekarang telah bertobat. Inilah dosa sebanyak buih di lautan bisa dihapus dalam hitungan 1-3 menit. Mengetahuinya, Nabi pun penasaran siapa orang yang telah durhaka kepada Allah. Allah berfirman jika selama ia berbuat dosa saja Allah tidak membuka aibnya, terlebih ketika ia sudah bertobat. Oleh karena itu, Allah tidak memberitahu Nabi Musa siapa orang tersebut karena Allah bukanlah pengadu umat-Nya. Berdasarkan cerita terhapusnya taubat dalam sehari padahal maksiat 40 tahun, kita dapat mengetahui bahwa Allah adalah maha Pengampun. Banyak kaum manusia yang tidak tahu terimakasih, mereka jutsru bermaksiat dan menyekutukan dzat yang menciptakan mereka, yakni Allah. Mereka tidak memperhatikan larangan-Nya, bahkan banyak di antara mereka yang nekat melakukannya. sebesar apapun dosa umat-Nya, apabila ia mau bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak mengulangi perbuatan buruknya itu, maka Allah akan mengampuni segala dosanya layaknya bayi yang baru lahir. Demikian terhapusnya tobat dalam sehari padahal maksiat 40 tahun.

Selasa, 05 Januari 2016

DOSA YANG BISA MERUSAK PERNIKAHAN

السلام عليكم
Dikutip dari FP Habib Novel Jufry
berikut adalah "DOSA YANG BISA MERUSAK PERNIKAHAN"

• Tuk Suami:
1.SUAMI Tidak Berfungsi Menjadi Pemimpin dengan Baik Akibat Nya Saling Melukai.
2.SUAMI GAGAL Menjadikan ISTRI Nomer Satu Dalam Hidupnya Menomer Duakan Orgtuanya.
3.SUAMI Membandingkan Istri dengan Wanita Lain.
4.SUAMI Kurang Disiplin Mengontrol Emosi dan KEBIASAAN Buruk.
5.SUAMI GAGAL Memuji Hal-hal Kecil Dari ISTRI.
6.SUAMI Menolak Pendapat ISTRI.
7.SUAMI Tidak Pernah Minta Maaf.

•Tuk Istri:
1.ISTRI Tidak Menghargai Suami Sebagai Otoritas.
2.ISTRI GAGAL Menundukkan Diri Kepada Suaminya.
3.ISTRI GAGAL Menampilkan Kecakapan Manusia Batiniah.
4.ISTRI GAGAL Menunjukkan Rasa Syukur Kepada Suaminya.

Kebutuhan Seorang Suami:
1.Hub SEX dg Istri
2.Istri Sebagai Sahabat.
3.Rumah yang Rapi.
4.ISTRI yang Selalu Tampil Menarik.
5.Saling Menghargai Satu Sama Lain.

Kebutuhan Seorang Istri:
1.Kasih Sayang dan Penghargaan.
2.Selalu Diajak Bicara Komunikasi.
3.Jujur dan Terbuka.
4.Keuangan yang Cukup.
5.Komitmen terhadap Keluarga.

Ingatlah Wahai Para Suami..!!
Kepala Keluarga yang Berhasil dalam Keluarga Maka Keberhasilan yang lain Akan Mengikuti..!!

Kepala Keluarga yang GAGAL dalam Keluarga Maka KEGAGALAN lain akan Mengikuti.

Kebahagiaan Perkawinan Membutuhkan Perjuangan yang Tidak Kenal Lelah, dan Membutuhkan Kehadiran dan Pertolongan ALLAH.

Berbahagialah Mereka yang Benar-benar Menikmati Hidup Rumah Tangga yang Rukun & Damai, Meskipun itu harus diperoleh dengan Cucuran Air Mata.

Belaian Tangan Suami adalah Emas Bagi Seorg Istri.
Senyum Manis Sang Istri adalah Permata Bagi Suami.

Kesetiaan Suami Adalah Mahkota bagi Sang Istri.
Keceriaan Istri adalah Sabuk di pinggang Suami.

Perbaikilah apa yang bisa diperbaiki Sekarang Sebelum Terlambat..
Cintailah Pasangan yang Telah ALLAH Pilihkan Untuk Mu..!!

Buat Para Suami Janganlah Kau Sakiti Istri Mu Karena Air Mata Isti Mu akan Menjadi Penghalang Rejeki Mu..!!

Buat Para Istri Hargailah Suami Mu Jangan Sekali-kali Kamu Kurang Ajar Kepada Nya Karena SURGAMU Dibawah TELAPAK KAKI SUAMIMU..!!

Semoga ALLAH Memberkahi Pernikahan Anda Semua..!!
Bagi yang Belum Menikah, Semoga ini Bisa Menjadi Bekal Kelak Bila Anda Menghadapi Hidup Pernikahan.

Semoga Bermanfaat..
والسلام

Jumat, 01 Januari 2016

Bapak Tua Penjual Amplop

Setiap kali menuju Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat, saya selalu melihat seorang bapak tua yang duduk terpekur di depan dagangannya. Dia menjual kertas amplop yang sudah dibungkus di dalam plastik. Sepintas barang jualannya itu terasa ‘aneh’ di antara pedagang lain yang memenuhi pasar kaget di seputaran Jalan Ganesha setiap hari Jumat. Pedagang di pasar kaget umumnya berjualan makanan, pakaian, DVD bajakan, mainan anak, sepatu dan barang-barang asesori lainnya.

Tentu agak aneh ketika kakek tersebut ‘nyempil’ sendiri menjual amplop, barang yang tidak terlalu dibutuhkan pada zaman yang serba elektronis seperti saat ini. Masa kejayaan pengiriman surat secara konvensional sudah berlalu, namun bapak itu tetap menjual amplop. Mungkin bapak itu tidak mengikuti perkembangan zaman, apalagi perkembangan teknologi informasi yang serba cepat dan instan, sehingga dia pikir masih ada orang yang membutuhkan amplop untuk berkirim surat. Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba.

Siapa sih yang mau membeli amplopnya itu? Tidak satupun orang yang lewat menuju masjid tertarik untuk membelinya. Lalu lalang orang yang bergegas menuju masjid Salman seolah tidak mempedulikan kehadiran bapak tua itu. Kemarin ketika hendak shalat Jumat di Salman saya melihat bapak tua itu lagi sedang duduk terpekur.

Saya sudah berjanji akan membeli amplopnya itu usai shalat, meskipun sebenarnya saya tidak terlalu membutuhkan benda tersebut. Hanya sekedar ingin membantu bapak itu melariskan dagangannya. Seusai shalat Jumat dan hendak kembali ke kantor, saya pun menghampiri bapak tadi.

Saya tanya berapa harga amplopnya dalam satu bungkusa plastik itu. ‘Seribu’, jawabnya dengan suara lirih. Oh Tuhan, harga sebungkus amplop yang isinnya sepuluh lembar itu hanya seribu rupiah? Uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli dua gorengan bala-bala pada pedagang gorengan di dekatnya.

Uang seribu rupiah yang tidak terlalu berarti bagi kita, tetapi bagi bapak tua itu sangatlah berarti. Saya tercekat dan berusaha menahan air mata keharuan mendengar harga yang sangat murah itu. “Saya beli ya pak, sepuluh bungkus”, kata saya. Bapak itu terlihat gembira karena saya membeli amplopnya dalam jumlah banyak.

Dia memasukkan sepuluh bungkus amplop yang isinya sepuluh lembar per bungkusnya ke dalam bekas kotak amplop. Tangannya terlihat bergetar ketika memasukkan bungkusan amplop ke dalam kotak. Saya bertanya kembali kenapa dia menjual amplop semurah itu.

Padahal kalau kita membeli amplop di warung tidak mungkin dapat seratus rupiah satu. Dengan uang seribu mungkin hanya dapat lima buah amplop.

Bapak itu menunjukkan kepada saya lembar kwitansi pembelian amplop di toko grosir. Tertulis di kwitansi itu nota pembelian 10 bungkus amplop surat senilai Rp7500. “Bapak cuma ambil sedikit”, lirihnya. Jadi, dia hanya mengambil keuntungan Rp250 untuk satu bungkus amplop yang isinya 10 lembar itu.

Saya jadi terharu mendengar jawaban jujur si bapak tua. Jika pedagang nakal ‘menipu’ harga dengan menaikkan harga jual sehingga keuntungan berlipat-lipat, bapak tua itu hanya mengambil keuntungan yang tidak seberapa. Andaipun terjual sepuluh bungkus amplop saja keuntungannya tidak sampai untuk membeli nasi bungkus di pinggir jalan.

Siapalah orang yang mau membeli amplop banyak-banyak pada zaman sekarang? Dalam sehari belum tentu laku sepuluh bungkus saja, apalagi untuk dua puluh bungkus amplop agar dapat membeli nasi. Setelah selesai saya bayar Rp10.000 untuk sepuluh bungkus amplop, saya kembali menuju kantor.

Tidak lupa saya selipkan sedikit uang lebih buat bapak tua itu untuk membeli makan siang. Si bapak tua menerima uang itu dengan tangan bergetar sambil mengucapkan terima kasih dengan suara hampir menangis. Saya segera bergegas pergi meninggalkannya karena mata ini sudah tidak tahan untuk meluruhkan air mata.

Sambil berjalan saya teringat status seorang teman di facebook yang bunyinya begini: “bapak-bapak tua menjajakan barang dagangan yang tak laku-laku, ibu-ibu tua yang duduk tepekur di depan warungnya yang selalu sepi. Carilah alasan-alasan untuk membeli barang-barang dari mereka, meski kita tidak membutuhkannya saat ini. Jangan selalu beli barang di mal-mal dan toko-toko yang nyaman dan lengkap..”.

Si bapak tua penjual amplop adalah salah satu dari mereka, yaitu para pedagang kaki lima yang barangnya tidak laku-laku. Cara paling mudah dan sederhana untuk membantu mereka adalah bukan memberi mereka uang, tetapi belilah jualan mereka atau pakailah jasa mereka.

Meskipun barang-barang yang dijual oleh mereka sedikit lebih mahal daripada harga di mal dan toko, tetapi dengan membeli dagangan mereka insya Allah lebih banyak barokahnya, karena secara tidak langsung kita telah membantu kelangsungan usaha dan hidup mereka. Dalam pandangan saya bapak tua itu lebih terhormat daripada pengemis yang berkeliaran di masjid Salman, meminta-minta kepada orang yang lewat.

Para pengemis itu mengerahkan anak-anak untuk memancing iba para pejalan kaki. Tetapi si bapak tua tidak mau mengemis, ia tetap kukuh berjualan amplop yang keuntungannya tidak seberapa itu.

Di kantor saya amati lagi bungkusan amplop yang saya beli dari si bapak tua tadi. Mungkin benar saya tidak terlalu membutuhkan amplop surat itu saat ini, tetapi uang sepuluh ribu yang saya keluarkan tadi sangat dibutuhkan si bapak tua. Kotak amplop yang berisi 10 bungkus amplop tadi saya simpan di sudut meja kerja. Siapa tahu nanti saya akan memerlukannya. Mungkin pada hari Jumat pekan-pekan selanjutnya saya akan melihat si bapak tua berjualan kembali di sana, duduk melamun di depan dagangannya yang tak laku-laku.

sumber dari sebuah posting di facebook
Oleh Rinaldi Munir - Bandung 

Senin, 20 April 2015

Jabal Uhud "saksi bisu syahidnya singa Alloh"

Jabal Uhud, nama sebuah bukit terbesar di Madinah. Jaraknya sekitar lima kilometer dari pusat kota. Ia menjadi saksi bisu peristiwa peperangan yang telah menewaskan Hamzah 'Singa Allah' (Asadullah) dan 70 syuhada lainnya.

Jabal Uhud merupakan kumpulan bukit-bukit yang berdiri sendiri atau tidak bersambung dengan bukit lainnya sebagaimana umumnya bukit di Madinah. Karena itu pula, bukit ini disebut Uhud, karena posisinya yang sendiri atau menyendiri (Uhud). Bukit Uhud sendiri berwarna kemerah-merahan, seakan mengingatkan umat Islam akan peristiwa yang bersejarah itu.

Sepanjang hidupnya, Rasulullah SAW mengalami sekitar 28 peperangan. Sebagian besar dari peperangan itu berhasil dimenangkan dan sebagian kecil lagi kaum Muslimin mengalami kekalahan. Satu kekalahan yang sangat memilukan sekaligus menyakitkan adalah saat berkecamuknya perang Uhud, antara kaum Muslimin dengan Quraisy. Kaum Muslimin dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW sedangkan Quraisy dikomandani oleh Abu Sufyan. Dinamakan demikian karena lokasi peperangan itu berada di Bukit (Jabal) Uhud, sekitar lima kilometer dari Madinah.

Peristiwa itu, terjadi pada 22 Maret 625 M (7 Syawal 3 H), atau setahun sesudah peperangan Badar. Dalam peperangan ini, tentara Islam berjumlah sekitar 700 orang, sedangkan dari pasukan Quraisy berjumlah kurang lebih 3.000 orang.

Sebagaimana banyak dikisahkan dalam berbagai buku sejarah Islam, Rasulullah SAW membagi pasukan Muslim menjadi dua. Bagian pertama berada di sayap kanan yang ditempatkan di kaki Bukit Uhud, dan sayap kiri berada di kaki Bukit Ainayn.

Pasukan di sayap kanan bisa dipastikan lebih aman karena terlindungi Bukit Uhud, sedangkan di sayap kiri memiliki risiko yang sangat berbahaya, karena pasukan musuh dapat menyerang dengan mengitari Bukit Ainayn. Untuk mengawal pasukan di sayap kiri ini, Rasulullah SAW menempatkan sekitar 50 orang pemanah di Aynain dengan pimpinan Abdullah bin Zubair. Rasulullah SAW memerintahkan pasukan pemanah ini untuk selalu berada di tempatnya, dan tidak turun ke kaki bukit, apapun yang terjadi, baik menang ataupun kalah.

Sementara itu, Abu Sufyan membagi pasukannya menjadi tiga bagian. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid (mereka akan berhadapan dengan pasukan Islam di sayap kiri), sayap kiri quraisy dipimpin Ikrimah bin Abu Jahl, dan bagian tengah sekaligus panglima bagi kedua sayap itu dimpin oleh Amr bin Al-Ash. Abu Sufyan menempatkan 100 orang pemanah di barisan depan.

Saat peperangan mulai berlangsung, pasukan Muslim yang ada di sayap kanan berhasil melumpuhkan sebagian tentara Quraisy. Kaum kafir Quraisy pun berlarian dan meninggalkan sebagian harta benda mereka di medan perang.

Melihat kondisi ini, kaum Muslimin termasuk bagian sayap kiri dan pasukan pemanah yang berada Ainayn, turun meninggalkan posnya untuk mengambil harta benda kafir Quraisy yang akan menjadi harta rampasan perang (ghanimah).

Kesempatan ini digunakan oleh pasukan kafir Quraiys yang berada di sayap kanan di bawah pimpinan Khalid bin Walid untuk maju menyerang sayap kiri umat Islam di Ainayn yang telah ditinggalkan, termasuk oleh para pemanah umat Islam. Akibatnya, begitu pasukan pemanah turun, maka pasukan Khalid menguasai lokasi tersebut dan melumpuhkan pasukan Islam. Kemenangan umat Islam yang sudah berada di depan mata akhirnya sirna.

Dalam peristiwa ini, Rasul SAW mengalami luka-luka. Gigi geraham Rasul SAW tanggal (copot) terkena lemparan batu, sedangkan wajah Nabi berdarah akibat luka-luka, dan bibirnya juga pecah-pecah. Batu-batu itu dilempar oleh Utbah bin Abi Waqqash.

Pasukan Quraisy kemudian mengabarkan berita bohong bahwa mereka telah membunuh Rasulullah SAW. Akibatnya, kaum Muslimin menjadi lemah. Orang-orang munafik yang ada di antara pasukan umat Islam berusaha mencari perlindungan kepada Abu Sufyan. Sebagian lagi, tetap bertahan dan sekuat tenaga mempertahankan panji-panji Islam.

Dalam peperangan ini, sekitar 70 orang pasukan kaum Muslim menjadi syuhada, termasuk paman Rasul SAW, Hamzah bin Abdul Muthalib, yang dijuluki Hamzah Asadullah, Hamzah Singa Allah. Mereka syahid karena menjadi perisai (tameng) Rasulullah SAW dari pasukan Quraisy. Abu Dujana menjadikan dirinya sebagai perisai untuk melindungi Rasul SAW dengan membungkukkan punggungnya sehingga lemparan anak panah musuh mengenai dirinya. Ia pun syahid. Umat Islam yang terbunuh kemudian di makamkan di tempat tersebut.

Peristiwa peperangan ini dapat dilihat pada surah Ali Imran [3] ayat 121-175. Heroisme peperangan Uhud ini terekam dalam kitab Jami' ash-Shahih, karya Imam Bukhari, jilid 4, tentang Bab Jihad.

Makam Syuhada Uhud
Rasulullah SAW bersabda, "Mereka yang dimakamkan di Uhud tak memperoleh tempat lain kecuali ruhnya berada di dalam burung hijau yang melintasi sungai Surgawi. Burung itu memakan makanan dari taman surga, dan tak pernah kehabisan makanan. Pada syuhada itu berkata, siapa yang akan menceritakan kondisi kami kepada saudara kami bahwa kami sudah berada di surga." Maka Allah berkata, "Aku yang akan memberi kabar kepada mereka."

Maka kemudian turun ayat yang berbunyi, "Janganlah kamu mengira bahwa orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka berada dalam keadaan senang disebabkan karunia Allah yang diberikan kepada mereka, dan mereka bersuka cita terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati." (QS Ali Imran [3]:169-170).

Rasul SAW sangat mencintai para syuhada Uhud. Karena itu, Rasul SAW senantiasa mendatangi Uhud untuk berziarah ke makam para Syuhada tersebut. Sepeninggal Nabi SAW, para sahabat seperti Abu Bakar dan Umra bin Khattab, juga turut mengunjungi dan menziarahi para Syuhada Uhud.

Kini, di makam para syuhada Uhud itu telah dibangun sebuah pagar keliling setinggi 1,75 meter. Di areal pemakaman, tak ada tanda-tanda khusus seperti batu nisan yang menandakan ada makam para syuhada.

Para jamaah haji dan umrah, maupun umat Islam yang bekunjung ke Arab Saudi, biasanya tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengunjungi Jabal Uhud, sekaligus berziarah ke makam Syuhada Uhud.

Rabu, 18 Februari 2015

~KISAH NYATA AKIBAT NIKAH MUT'AH~

___PASIEN TERAKHIR___

Untuk kedua kalinya wanita itu pergi ke dokter Hanung, seorang dokter spesialis kulit dan kelamin di kota Bandung. Sore itu ia datang sambil membawa hasil laboraturium seperti yang diperintahkan dokter dua hari sebelumnya. Sudah beberapa Minggu dia mengeluh merasa sakit pada waktu buang air kecil (drysuria) serta mengeluarkan cairan yang berlebihan dari vagina (vagina discharge).

Sore itu suasana di rumah dokter penuh dengan pasien. Seorang anak tampak menangis kesakitan karena luka dikakinya, kayaknya dia menderita Pioderma. Disebelahnya duduk seorang ibu yang sesekali menggaruk badannya karena gatal. Di ujung kursi tampak seorang remaja putri melamun, merenungkan akne vulgaris (jerawat) yang ia alami.

Ketika wanita itu datang ia mendapat nomor terakhir. Ditunggunya satu per satu pasien yang berobat sampai tiba gilirannya. Ketika gilirannya tiba, dengan mengucap salam dia memasuki kamar periksa dokter Hanung. Kamar periksa itu cukup luas dan rapi. Sebuah tempat tidur pasien dengan penutup warna putih. Sebuah meja dokter yang bersih. Dipojok ruang sebuah wastafel untuk mencuci tangan setelah memeriksa pasien serta kotak yang berisi obat-obatan.

Sejenak dokter Hanung menapat pasiennya. Tidak seperti biasa, pasiennya ini adalah seorang wanita berjilbab rapat. Tidak ada yang kelihatan kecuali sepasang mata yang menyinarkan wajah duka. Setelah wawancara sebentar (anamnese) dokter Hanung membuka amplop hasil laboratorium yang dibawa pasiennya. Dokter Hanung terkejut melihat hasil laboratorium. Rasanya ada hal yang mustahil. Ada rasa tidak percaya terhadap hal itu. Bagaimana mungkin orang berjilbab yang tentu saja menjaga kehormatannya terkena penyakit itu, penyakit yang hanya mengenai orang yang sering berganti-ganti pasangan seksual.

Dengan wajah tenang dokter Hanung melakukan anamsese lagi secara cermat.

# “Saudari masih kuliah?”

# “Masih Dok”

# “Semester berapa?”

# “Semester tujuh Dok”

# “Fakultasnya?”

# “Sospol”

# “Jurusan komunikasi massa ya?”

Kali ini ganti pasien terkahir itu yang kaget. Dia mengangkat muka dan menatap dokter Hanung dari balik cadarnya.

# “Kok dokter tahu?”

# “Aah,…….. tidak, hanya barang kali saja!”

Pembicaraan antara dokter Hanung dengan pasien terakhirnya itu akhirnya seakan-akan beralih dari masalah penyakit dan melebar kepada persoalan lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah penyakit itu.

# “Saudari memang penduduk Bandung ini atau dari luar kota?”

Pasien terkahirnya itu tampaknya mulai merasa tidak enak dengan pertanyaan dokter yang mulai menyimpang dari masalah-masalah medis itu. Dengan jengkel dia menjawab.

# “Ada apa sih Dok …. Kok tanya macam-macam?”

# “Aah enggak,… barangkali saja ada hubungannya dengan penyakit yang saudari derita!”

Pasien terkahir itu tampaknya semakin jengkel dengan pertanyaan dokter yang kesana-kemari itu. Dengan agak kesal ia menjawab:

# “Saya dari Pekalongan”

# “Kost-nya?”

# “Wisma Fathimah, jalan Alex Kawilarang 63”

# “Di kampus sering mengikuti kajian islam yaa”

# “Ya, … kadang-kadang Dok!”

# “Sering mengikuti kajian Bang Jalal?”

Sekali lagi pasien itu menatap dokter Hanung.

# “Bang Jalal siapa?”

Tanyanya dengan nada agak tinggi.

# “Tentu saja Jalaluddin Rahmat! Di Bandung siapa lagi Bang Jalal selain dia… kalau di Yogya ada Bang Jalal Muksin”

# “Ya,…. kadang-kadang saja saya ikut”

# “Di Pekalongan,… (sambil seperti mengingat-ingat) kenal juga dengan Ahmad Baraqba?”

Pasien terakhir itu tampak terkejut dengan pertanyaan yang terkahir itu, tetapi dia segera menjawab

# “Tidak! Siapa yang dokter maksudkan dengan nama itu dan apa hubungannya dengan penyakit saya?”

Pasien terakhir itu tampak semakin jengkel dengan pertanyaan-tanyaan dokter yang semakin tidak mengarah itu. Tetapi justru dokter Hanung manggut-manggut dengan keterkejutan pasien terakhirnya. Dia menduga bahwa penelitian penyakit pasiennya itu hampir selesai.

Akhirnya dengan suara yang penuh dengan tekanan dokter Hanung berkata,

# “Begini saudari, saya minta maaf atas pertanyaan-pertanyaan saya yang ngelantur tadi, sekarang tolong jawab pertanyaan saya dengan jujur demi untuk therapi penyakit yang saudari derita,…”

Sekarang ganti pasien terakhir itu yang mengangkat muka mendengar perkataan dokter Hanung. Dia seakan terbengong dengan pertanyaan apa yang akan di lontarkan oleh dokter yang memeriksanya kali ini.

# “Sebenarnya saya amat terkejut dengan penyakit yang saudari derita, rasanya tidak mungkin seorang ukhti mengidap penyakit seperti ini”

# “Sakit apa Dok?”.

Pasien terakhir itu memotong kalimat dokter Hanung yang belum selesai dengan amat penasaran.

# “Melihat keluhan yang anda rasakan serta hasil laboratorium semuanya menyokong diagnosis gonore, penyakit yang disebabkan hubungan seksual”.

Seperti disambar geledek perempuan berjilbab biru dan berhijab itu, pasien terakhir dokter Hanung sore itu berteriak,

# “Tidak mungkin!!!”

Dia lantas terduduk di kursi lemah seakan tak berdaya, mendengar keterangan dokter Hanung. Pandang matanya kosong seakan kehilangan harapan dan bahkan seperti tidak punya semangat hidup lagi.

Sementara itu pembantu dokter Hanung yang biasa mendaftar pasien yang akan berobat tampak mondar-mandir seperti ingin tahu apa yang terjadi. Tidak seperti biasanya dokter Hanung memeriksa pasien begitu lama seperti sore ini. Barangkali karena dia pasien terakhir sehingga merasa tidak terlalu tergesa-gesa maka pemeriksaannya berjalan agak lama. Tetapi kemudian dia terkejut mendengar jerit pasien terakhir itu sehingga ia merasa ingin tahu apa yang terjadi.

Dokter Hanung dengan pengalamannya selama praktek tidak terlalu kaget dengan reaksi pasien terakhirnya sore itu. Hanya yang dia tidak habis pikir itu kenapa perempuan berjilbab rapat itu mengidap penyakit yang biasa menjangkiti perempuan-perempuan rusak. Sudah dua pasien dia temukan akhir-akhir ini yang mengidap penyakit yang sama dan uniknya sama-sama mengenakan busana muslimah. Hanya saja yang pertama dahulu tidak mengenakan hijab penutup muka seperti pasien yang terakhirnya sore hari itu. Dulu pasien yang pernah mengidap penyakit yang seperti itu juga menggunakan pakaian muslimah, ketika didesak akhirnya dia mengatakan bahwa dirinya biasa kawin mut’ah. Pasiennya yang dahulu itu telah terlibat jauh dengan pola pikir dan gerakan Syi’ah yang ada di Bandung ini. Dari pengalaman itu timbul pikirannya menanyakan macam-macam hal mengenai tokoh-tokoh Syi’ah yang pernah dia kenal di kota Kembang ini dan juga kebetulan mempunyai seorang teman dari Pekalongan yang menceritakan perkembangan gerakan Syi’ah di Pekalongan. Beliau bermaksud untuk menyingkap tabir yang menyelimuti rahasia perempuan yang ada didepannya sore itu.

# “Bagaimana saudari,… penyakit yang anda derita ini tidak mengenali kecuali orang-orang yang biasa berganti-ganti pasangan seks. Rasanya itu tidak mungkin terjadi pada seorang muslimah seperti diri anda. Kalau itu masa lalu saudari baiklah saya memahami dan semoga dapat sembuh, bertaubatlah kepada Allah, … atau mungkin ada kemungkinan lain,…?”

Pertanyaan dokter Hanung itu telah membuat pasien terakhirnya mengangkat muka sejenak, lalu menunduk lagi seperti tidak memiliki cukup kekuatan lagi untuk berkata-kata. Dokter Hanung dengan sabar menanti jawaban pasien terakhirnya sore itu. Beliau beranjak dari kursi memanggil pembantunya agar mengemasi peralatan untuk segera tutup setelah selesai menangani pasien terakhirnya itu.

# “Saya tidak percaya dengan perkataan dokter tentang penyakit saya!” katanya terbata-bata.

# “Terserah saudari,… tetapi toh anda tidak dapat memungkiri kenyataan yang anda sandang-kan?”

# “Tetapi bagaimana mungkin mengidap penyakit laknat tersebut sedangkan saya selalu berada di dalam suasana hidup yang taat kepada hukum Allah?”

# “Sayapun berprasangka baik demikian terhadap diri anda,… tetapi kenyataan yang anda hadapi itu tidak dapat dipungkiri?”

Sejenak dokter dan pasien itu terdiam. Ruang periksa itu sepi. Kemudian terdengar suara dari pintu yang dibuka pembantu dokter yang mengemasi barang-barang peralatan administrasi pendaftaran pasien. Pembantu dokter itu lantas keluar lagi dengan wajah penuh dengan tanda tanya mengetahui dokter Hanung yang menunggui pasien terakhirnya itu.

# “Cobalah introspeksi diri lagi, barangkali ada yang salah,… sebab secara medis tidak mungkin seseorang mengidap penyakit ini kecuali dari sebab tersebut”.

# “Tidak dokter,… selama ini saya benar-benar hidup secara baik menurut tuntunan syari’at islam,… saya tetap tidak percaya dengan analisa dokter!”.

Dokter Hanung mengerutkan keningnya men-dengar jawaban pasien terakhirnya itu. Dia tidak merasa sakit hati dengan perkataan pasiennya yang berulang kali mengatakan tidak percaya dengan analisanya. Untuk apa marah kepada orang sakit. Paling juga hanya menambah parah penyakitnya saja, dan lagi analisanya toh tidak menjadi salah hanya karena disalahkan oleh paiennya. Dengan penuh kearifan dokter itu bertanya lagi….

# “Barangkali anda biasa kawin mut’ah?”

Pasien terakhir itu mengangkat muka.

# “Iya dokter!” “Apa maksud dokter?”

# “Itukan berarti anda sering kali ganti pasangan seks secara bebas!”

# “Lho,… tapi itukan benar menurut syari’at Islam Dok!”

Pasien terakhir itu membela diri

# “Ooo,… jadi begitu,… kalau dari tadi anda mengatakan begitu saya tidak bersusah payah mengungkapkan penyakit anda. Tegasnya anda ini pengikut Syi’ah yang bebas berganti-ganti pasangan mut’ah semau anda. Ya itulah petualangan seks yang anda lakukan. Hentikan itu kalau anda ingin selamat”.

# “Bagaimana dokter ini, saya kan hidup secara benar menurut syari’at Islam sesuai dengan keyakinan saya, dokter malah melarang saya dengan dalih-dalih medis”.

Sampai disini dokter Hanung terdiam. Sepasang giginya terkatup rapat dan dari wajahnya terpancar kemarahan yang sangat terhadap perkataan pasien terakhirnya yang tidak punya aturan itu. Kemudian keluarlah perkataan yang berat penuh tekanan.

# “Terserah apa kata saudari membela diri,…. Anda lanjutkan petualangan seks anda. Dengan resiko anda akan berkubang dengan penyakit kelamin yang sangat mengerikan itu, dan sangat boleh jadi pada suatu tingkat nanti anda akan mengidap penyakit AIDS yang sangat mengerikan itu,…..atau anda hentikan dan bertaubat kepada Allah dari mengikuti ajaran bejat itu kalau anda menghendaki kesembuhan”.

# “Ma…maaf Dok, saya telah membuat dokter tersinggung!”

Dokter Hanung hanya mengangguk menjawab perkataan pasien terakhirnya yang terbata-bata itu.

# “Begini saudari,…tidak ada gunanya resep saya berikan kepada anda kalau toh tidak berhenti dari praktek kehidupan yang selama ini anda jalani. Dan semua dokter yang anda datangi pasti akan bersikap sama,…sebab itu terserah kepada saudari. Saya tidak bersedia memberikan resep kalau toh anda tidak mau berhenti”.

# “Ba…BBaik Dok,…Insya Allah akan saya hentikan!”

Dokter Hanung segera menuliskan resep untuk pasien yang terakhirnya itu, kemudian menyodorkan kepadanya.

# “Berapa Dok?”

# “Tak usahlah,…saya sudah amat bersyukur kalau anda mau menghentikan cara hidup binatang itu dan kembali kepada cara hidup yang benar menurut tuntunan yang benar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Saya relakan itu untuk membeli resep saja”.

Pasien terakhir dokter Hanung itu tersipu-sipu mendengar jawaban dokter Hanung.

# “Terimah kasih Dok,…permisi!”

Perempuan itu kembali melangkah satu-satu di peralatan rumah Dokter Hanung. Ia berjalan keluar teras dekat bougenvil biru yang seakan menyatu dengan warna jilbabnya. Sampai digerbang dia menoleh sekali lagi ke teras, kemudian hilang di telan keramaian kota Bandung yang telah mulai temaran di sore itu.

Sumber: Buku Mengapa Kita Menolak Syi’ah, Hal.254-256,
dikutip dari ASA edisi 5, 1411 H.

Kamis, 05 Februari 2015

SEJARAH VALENTINE DAY



SEJARAH VALENTINE DAY 
“BUDAYA NON ISLAM YANG TIDAK BOLEH DITIRU”

Assalamu a'laikum,,,

Wahai saudara saudariku sudah jadi rahasia umum dimana pada bulan masehi februari ini masyarakat dunia disuguhkan sebuah perayaan yang salah dengan mengatas namakan KASIH SAYANG,pasti pembaca pernah mendengar nama "Valentine Days" Namun banyak yang tidak tahu bagaimana dan apa sejarah V'Day itu sendiri,Berikut kami kutip dari seorang  muallaf yang sekarang menjadi pendakwah yakni Ustadzah H.Irena Handono,Beliau memaparkan dalam kultwitnya tentang sejarah V'Day yang tidak boleh orang muslim ikuti sebagai berikut :

Pada zaman athena kuno, valentine itu diperingati dengan istilah “Gamelion”. Yaitu peringatan terhadap perkawinan dewa Zeus & dewi Hera

Zeus & Hera
Begitulah mereka mengespresikan keagungan cinta kasih zeus terhadap zera, yg padahal zeus dan hera itu adalah sepasang saudara (adik & kaka)
Yang jelas sekali bahwa pernikahan sesama saudara (satu darah) itu tidak di bolehkan dalam islam
dan adapun dalam ilmu kedokteran pernikahan satu darah (INSES) akan mengakibatkan cacat kepada anak anaknya kelak

Kemudian perkembangan selanjutnya, pada era romawi kuno “Gamelion” tadi berubah menjadi “Lupercalia"
Tokohnya dewa lupercus dan diperingati pada tanggal 15 februari. Lupercalia merupakan upacara ritual, pensucian dr kutukan kemalangan & kemandulan
Adapun lupercus sendiri, adalah sosok lelaki yang digambarkan setengah telanjang, dengan mengenakan pakaian dari kulit domba Maka, mereka itupun menggambarkan Lupercus dalam wujud manusia setengah hewan (domba)
Ritualnya, pendeta lupercus bersama kelompok kaum lelaki (kawula muda) mengorbankan seekor domba sebagai persembahan,kemudian mereka meminum wine (Khamar), berlari sepanjang jalan, sambil membawa2 potongan kulit domba,sementara golongan putrinya, mereka dengan senang hati menyiapkan dirinya untuk diusap dengan kulit domba tersebut,mereka mengikuti ritual tersebut, Harapan mereka, menjadi tersucikan dari kutukan kemalangan dan kemandulan
 Ritual Jahiliyah Lupercus

Dari Roma, ritual itu lantas menyebar seiring invasi tentara Romawi ke Ingrris & Perancis. Saat itulah Lupercalia menjadi “lotre pasangan" yaitu suatu tradisi yang sangat di gandrungi dalam perayaan Lupercalia. Dimana masing masing wanita muda memasukan namanya dlm suatu bejana lalu kelompok pria datang mngambil satu kertas yang berisi nama seorang gadis, nama yg tertera pada kertas itulah jodoh mereka yang berlaku selama berlangsungnya festival mereka, perjodohan itu diyakini mereka sebagai ketentuan yang ditakdirkan oleh dewa Lupercus untuk mereka.Akibatnya dari "lotre pasangan" itu sepasang muda-mudi yang sudah memiliki pasangan sendiri, maka pd malam itu dewa Lupercus akan menjodohkannya dengan pasangan yang berbeda. mereka boleh berbuat apa saja. berpelukan, berciuman & berhubungan seksual
mereka melakukannya sepanjang waktu perayaan. karena mereka percaya, bahwa mereka semua sudah di jodohkan oleh Lupercus, dewa mereka.Perayaan ritual semacam ini, pd kasus tertentu menarik minat kaum muda, ketertarikan mereka yang sedemikian kuat kepada acara tersebut seperti hura hura, pesta pora, pada gilirannya, mengakibatkan "GEREJA MENJADI KOSONG MELOMPONG"
Sehingga paus gelatius yg menganggap acara acara itu paganis dan imoral kemudian berupaya untuk mencari cara, bagaimana masyarakat tersebut bisa kembali ke Gereja yang ditempuhnya , kemudian adalah mengganti "Tokoh" sentral perayaan. Lupercus digantikan dengan "Valentino"
 Valentine terlarang bagi Kristen apalagi bagi orang islam

Valentino adalah seorang pastur yg kelak dibunuh, di eksekusi mati, dengan dipenggal oleh Cladius II (Raja Romawi, 265-270M).Valentino mati pada tanggal 14 Februari 269M. konon ceritanya, Claudius II itu memberlakukan ketentuan wajib militer bagi seluruh laki laki di negerinya meski demikian, ada sekelompok remaja laki laki yang tidak mau ikut wajib militer pada saat itu. mereka menghindar, bersembunyi di rumah valentino dan dilindungi Valentino, akibat perbuatan melindungi pemudapemuda itu, oleh Cladius II dikategorikan sebagai perbuatan makar terhadap kerajaan dan Valentino dianggap memberontak dan menentang keputusan Raja. maka dia pun dijatuhi hukuman mati.Sambil menunggu eksekusi atas dirinya, tatkala dipenjara, valentino mendapatkan perawatan dari seorang gadis sipir bui disana.gadis itu sebenarnya mempunyai paras yg cantik, Elok menawan sayang matanya buta. sebelum di eksekusi mati valentino memberanikan diri untuk menulis sepucuk surat pada gadis buta itu. selanjutnya menurut dongeng gereja terjadi suatu keajaiban atas diri gadis tersebut setelah menerima surat cinta dari Valentino yang bersimbolkan "heart" atau hati, matanya yang buta mendadak bisa melihat
Benarrr-beenaarr "keajaiban" yang LUAR BIASA, dan begitulah dongeng mereka, banyak "BUMBU"
Dongeng dongeng semacam itu dikalangan gereja banyak sekali. termasuk dongeng "snow white" dan sleeping beauty" paus Gelasius itulah akhirnya meresmikan tanggal 14 Februari sebagai hari "Valentine", 498M. "SUATU BENTUK SINKRITISME PERAYAAN PAGANIS"
selanjutnya adalah kelihaian kaum misionaris untuk mensosialkan Valentine Day, lantas mentradisikan nya secara internasional.Lalu apakah efek dari hari Valentine sekarang ini??????
Padahal bebrapa gereja pun melarang perayaan Hari kasih sayang yang dirayakan sebagian anak muda muslim sekarang,sungguh sangat disayangkan karena kurangnya keingin tahuan akan agama islam
inilah akibat dari valentine sekarang maraknya kemaksiatan dan perzinahan gara gara perayaan valentine day
yang menyesatkan.
 Bahaya Perayaan Valentine

 Budaya Jahiliyah Yang akan menimbulkan bencana

Untuk itu wahai muda mudi muslim janganlah kalian ikuti kebiasaan jahiliyah dan apalagi namanya Valentine Day yang jelas jelas bukan bagian dari agama islam.Jangan hanya karena suka dan atas nama kasih sayang kita ikut ikutan merayakan.bukankah kasih sayang itu tidak hanya 1 hari saja.